CUT-OFF POINT INDEKS MASSA TUBUH (IMT) DAN LINGKAR PERUT SEBAGAI INDIKATOR RISIKO DIABETES DAN HIPERTENSI PADA ORANG DEWASA DI INDONESIA (CUT-OFF POINT BODY MASS INDEX (BMI) AND ABDOMINAL CIRCUMFERENCE AS INDICATORS OF DIABETES AND HYPERTENSION RISKS AM
Article Sidebar
Main Article Content
Abstract
ABSTRACT
Nowadays, Indonesia is facing a double problem of nutrition the high prevalence of malnutrition and also the increasing prevalence of obesity which have a risk for the occurrence of chronic diseases, such as cardiovascular and diabetes who will be a risk factor for coronary heart disease and ischemic stroke. Namely to make cut-off point BMI and abdominal circumference as an indicator of the risk of diabetes and hypertension in Indonesian adults. The data used in this analysis are data from RISKESDAS year 2007, with inclusion criteria age 35-75 years and exclusion criteria pregnant women, consuming diabetes and hypertension medications, with a sample of 8181. Shows that the average increase in abdominal circumference and BMI have occurred in the age group 18-24 years to 45-54 years. The average of Body Mass Index (BMI) in the group of men 22.2 and women at 23.3. Abdominal circumference cut-off point is considered good enough as an indicator of diabetes 80 cm in men (Se 58.0 and Sp 58.5) and 81 cm in women (Se 56.5 and Sp 57.0). Hypertension ranges 79-80 cm (Se 57.2 and Sp 64.5) for men and 80-81 cm in women (Se 62.2 and Sp 57.0). Then, cut-off point BMI, which is considered good enough as an indicator of the occurrence of diabetes in men is 23 (Se 53.5 and Sp 58.3) and in women 24 (Se 56.1 and Sp 54.7). For hypertension ranges between BMI 22-23 in males (Se 62.5 and Sp 63.6) and 23-24 in women (Se 61.9 and Sp 56.9). Abdominal circumference better than BMI when used as an indicator of the risk of diabetes and hypertension. But, abdominal circumference and BMI it doesn’t have enough competence to be diabetes and hypertension indicator.
Keywords: diabetes, hypertension, IMT, abdominal circumference
ABSTRAK
Saat ini Indonesia menghadapi masalah gizi ganda, yaitu selain masih tingginya prevalensi gizi kurang juga meningkatnya prevalensi obesitas yang berisiko terhadap terjadinya penyakit kronis, seperti penyakit kardiovaskular dan diabetes yang akan menjadi faktor risiko jantung koroner dan stroke iskemik. Membuat cut-off point Indeks Massa Tubuh (IMT) dan lingkar perut (LP) sebagai indikator risiko diabetes dan hipertensi pada orang dewasa di Indonesia. Data yang digunakan dalam analisis ini adalah data hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007 berjumlah sampel 8181 dengan kriteria inklusi adalah umur 35-75 tahun, sedangkan kriteria eksklusi adalah perempuan hamil, minum obat diabetes dan hipertensi. Kenaikan rata-rata IMT dan LP sudah terjadi pada kelompok umur 18-24 tahun sampai kelompok umur 45-54 tahun. Rata-rata IMT pada kelompok laki-laki 22,2 dan pada kelompok perempuan 23,3. Cut-off point LP yang dianggap cukup baik sebagai indikator risiko diabetes adalah 80 cm pada laki-laki (Se 58,0 dan Sp 58,5) dan 81 cm pada perempuan (Se 56,5 dan Sp 57,0), sedangkan indikator risiko hipertensi berkisar 79-80 cm (Se 57,2 dan Sp 64,5) untuk laki-laki dan sekitar 80-81 cm pada perempuan (Se 62,2 dan Sp 57,0). Cut-off point IMT yang dianggap cukup baik sebagai indikator risiko diabetes adalah 23 pada laki-laki (Se 53,5 dan Sp 58,3) dan 24 pada perempuan (Se 56,1 dan Sp 54,7). Adapun cut-off point IMT yang dianggap cukup baik sebagai indikator risiko hipertensi berkisar 22-23 pada laki-laki (Se 62,5 dan Sp 63,6) dan 23-24 pada perempuan (Se 61,9 dan Sp 56,9). Lingkar perut lebih baik dibandingkan dengan IMT bila digunakan sebagai indikator risiko terjadinya diabetes dan hipertensi. Namun, keduanya tidak cukup andal sebagai indikator untuk diabetes dan hipertensi. [Penel Gizi Makan 2012, 35(2): 119-135]
Kata kunci: diabetes, hipertensi, IMT, lingkar perut,