FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN DENSITAS MINERAL TULANG PEREMPUAN DEWASA MUDA DI KOTA BOGOR
Article Sidebar
Dimensions
Altmetrics
Statistics
Read Counter : 101
Download : 117
Download : 117
Main Article Content
Budi Setyawati
Pusat Teknologi Intervensi Kesehatan Masyarakat, Badan Litbangkes, Jakarta
Elisa Diana Julianti
PusatTeknologiTerapan Kesehatan dan Epidemiologi Klinik, Badan Litbangkes, Bogor
Diane Adha
Pusat Biomedis dan Teknologi Dasar Kesehatan, Badan Litbangkes, Jakarta
Abstract
ABSTRACT
The age of young adult (25-35 years) is a period of peak bone mass formation. The stable formation of optimum peak bone mass prevent osteoporosis in later life. The aim of study was to assess factors bone mineral density (BMD) condition. Design of the study was an observasional study with cross-sectional design, conducted in Bogor, involving 173 married woman, 25-35 year of age. Data collected were socio economic characteristics, dietary intake, food frequency, body mass index, exercise activity and BMD. Data were analyzed by univariate and bivariate using chi-square test. The results showed 9.2 percent were at risk for osteoporosis. One with BMI <18.5 was 7 times greater risk for osteoporosis than BMI ≥ 18.5 (p<0.05). There were no significant relationship between BMD and education, parity, calcium and protein intake. The were also no significant relationship between BMD and habit of drinking milk, soda, caffeine drink and exercise. There was a significant relationship between body mass index (BMI) and BMD in young adult women.
Keywords: bone mineral density, young adult woman, osteoporosis
ABSTRAK
Usia dewasa muda adalah masa puncak pembentukan massa tulang. Pencapaian puncak pembentukan massa tulang optimal yang terus dipertahankan mampu mencegah kemungkinan osteoporosis di masa selanjutnya. Penelitian untuk mengidentifikasi faktor-faktor apa saja yang berhubungan dengan kondisi densitas mineral tulang (DMT) pada perempuan dewasa muda. Penelitian ini merupakan studi observasional dengan rancangan potong-lintang, dilakukan di Kota Bogor, melibatkan 173 sampel perempuan menikah berusia 25-35 tahun. Data yang dikumpulkan meliputi karakteristik sosial ekonomi, asupan zat gizi, food frequency, indeks massa tubuh (IMT), dan densitas massa tulang (DMT). Analisis data dilakukan secara univariat dan bivariat menggunakan uji Chi-Square. Sebanyak 9,2 persen berisiko osteoporosis. Nilai IMT <18,5 berisiko osteoporosis 7 kali lebih besar dibandingkan dengan nilai IMT ≥18,5 5 (p<0,05). Tidak ditemukan hubungan yang bermakna pada DMT dengan pendidikan, paritas, asupan kalsium dan protein, kebiasaan minum susu, kebiasaan minum minuman bersoda (soft drink) dan berkafein (teh, kopi), serta kebiasaan berolahraga. Terdapat hubungan signifikan antara IMT dan DMT pada perempuan dewasa muda. [Penel Gizi Makan 2013, 36(2):149-156]
Kata kunci: densitas mineral tulang, perempuan dewasa muda, osteoporosis
The age of young adult (25-35 years) is a period of peak bone mass formation. The stable formation of optimum peak bone mass prevent osteoporosis in later life. The aim of study was to assess factors bone mineral density (BMD) condition. Design of the study was an observasional study with cross-sectional design, conducted in Bogor, involving 173 married woman, 25-35 year of age. Data collected were socio economic characteristics, dietary intake, food frequency, body mass index, exercise activity and BMD. Data were analyzed by univariate and bivariate using chi-square test. The results showed 9.2 percent were at risk for osteoporosis. One with BMI <18.5 was 7 times greater risk for osteoporosis than BMI ≥ 18.5 (p<0.05). There were no significant relationship between BMD and education, parity, calcium and protein intake. The were also no significant relationship between BMD and habit of drinking milk, soda, caffeine drink and exercise. There was a significant relationship between body mass index (BMI) and BMD in young adult women.
Keywords: bone mineral density, young adult woman, osteoporosis
ABSTRAK
Usia dewasa muda adalah masa puncak pembentukan massa tulang. Pencapaian puncak pembentukan massa tulang optimal yang terus dipertahankan mampu mencegah kemungkinan osteoporosis di masa selanjutnya. Penelitian untuk mengidentifikasi faktor-faktor apa saja yang berhubungan dengan kondisi densitas mineral tulang (DMT) pada perempuan dewasa muda. Penelitian ini merupakan studi observasional dengan rancangan potong-lintang, dilakukan di Kota Bogor, melibatkan 173 sampel perempuan menikah berusia 25-35 tahun. Data yang dikumpulkan meliputi karakteristik sosial ekonomi, asupan zat gizi, food frequency, indeks massa tubuh (IMT), dan densitas massa tulang (DMT). Analisis data dilakukan secara univariat dan bivariat menggunakan uji Chi-Square. Sebanyak 9,2 persen berisiko osteoporosis. Nilai IMT <18,5 berisiko osteoporosis 7 kali lebih besar dibandingkan dengan nilai IMT ≥18,5 5 (p<0,05). Tidak ditemukan hubungan yang bermakna pada DMT dengan pendidikan, paritas, asupan kalsium dan protein, kebiasaan minum susu, kebiasaan minum minuman bersoda (soft drink) dan berkafein (teh, kopi), serta kebiasaan berolahraga. Terdapat hubungan signifikan antara IMT dan DMT pada perempuan dewasa muda. [Penel Gizi Makan 2013, 36(2):149-156]
Kata kunci: densitas mineral tulang, perempuan dewasa muda, osteoporosis
Article Details
How to Cite
Setyawati, B., Julianti, E. D., & Adha, D. (2015). FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN DENSITAS MINERAL TULANG PEREMPUAN DEWASA MUDA DI KOTA BOGOR. Penelitian Gizi Dan Makanan (The Journal of Nutrition and Food Research), 36(2), 149–156. https://doi.org/10.22435/pgm.v36i2.4001.149-156
Issue
Section
Articles