KEJADIAN PENDEK-GEMUK PADA ANAK BERUSIA BAWAH DUA TAHUN BERHUBUNGAN DENGAN KONSUMSI LEMAK DAN PENDIDIKAN IBU
Article Sidebar
Dimensions
Altmetrics
Statistics
Read Counter : 118
Download : 79
Download : 79
Main Article Content
Nur Handayani Utami
Dwi Siska Kumala Putri
Bunga Ch Rosa
Abstract
ABSTRACT
Linear growth retardation (stunting) is still prevalent in developing countries. On the other hand, the prevalence of overweight and obesity also increases. The result of the situation is double burden of child nutrition status, both stunted and obese/overweight at time same. The objective of the study is to assess the prevalence of children under two years of age who are stunted and overweight at the same time and its associated factors in Indonesia. The study used secondary data from the National Basic Health Research in 2010. The samples were 2116 under two year of age from all provinces in Indonesia. Anthropometry indices were generated using 2005 WHO standards for children. A child that categorized as stunted and overweight were those with a length-for-age z-score <-2 SD and a weight-for-length z-score >2SD from the median of the reference standard adjusted for the relevant sex and age group. Logistic regression and sample weighting factors were performed for the data analysis. The result wasthe prevalence of stunting with concurrent overweight 19.8 percent. Factors that significantly associated with stunting overweight were fat intake and maternal education. Low fat intake was associated with stunting and overweight (OR 0.52, 95% CI 0.29-0.94). Mother with no schooling is also associated with stunting and overweight of their children (OR 3.24, 95% CI 1.35-7.78). This analysis emphasizes that there had been double burden of child nutrition among children in Indonesia.
However, eventhough low fat intake was one of the factors associated with stunting and overweight among under two children, restriction of fat intake in first year of life is not recommended.
Keywords: stunting overweight, factors, under two years old children, Indonesia
ABSTRAK
Gangguan pertumbuhan linear (pendek) masih lazim di negara-negara berkembang. Namun, transisi gizi telah membuat prevalensi gemuk dan obesitas juga meningkat. Ini membawa efek pada masalah gizi ganda pada anak-anak. Mereka menjadi pendek dan obes/kelebihan berat badan (pendek-gemuk) pada saat yang bersamaan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prevalensi anak di bawah dua tahun yang pendek dan gemuk pada waktu yang bersamaan dan faktor-faktor yang terkait di Indonesia. Data Riset Kesehatan Dasar tahun 2010 sebagai bahan pengolahan dan analisis, dengan sampel 2116 anak dibawah usia dua tahun dari seluruh provinsi di Indonesia. Perhitungan z-skor dilakukan menggunakan acuan standar WHO 2005. Anak yang pendek-gemuk memiliki panjang badan menurut umur (TB/U) <-2 SD dan nilai z-skor berat badan menurut panjang badan >2 SD dari median populasi acuan untuk jenis kelamin dan umur yang relevan. Uji statistik menggunakan uji regresi logistik dan faktor pembobotan sampel. Hasil analisis menunjukkan prevalensi anak di bawah dua tahun yang pendek dan gemuk sebesar 19,8 persen. Faktor yang berhubungan secara signifikan adalah asupan lemak dan pendidikan ibu. Asupan lemak yang rendah berhubungan dengan terjadinya pendek dan gemuk (OR 0,52, 95% CI 0,29-0,94). Ibu yang tidak bersekolah juga berhubungan dengan terjadinya pendek dan gemuk pada anak (OR 3,24, 95% CI 1,35-7,78). Analisis ini menekankan bahwa telah terjadi masalah gizi ganda pada anak berusia di bawah dua tahun (baduta) di Indonesia. Walaupun asupan lemak berhubungan dengan terjadinya pendek dan gemuk pada baduta, namun berdasarkan beberapa literatur pembatasan konsumsi lemak pada tahun pertama kehidupan tidaklah dianjurkan.[Penel Gizi Makan 2014, 37(1): 1-10]
Kata kunci: pendek-gemuk, anak berusia di bawah dua tahun, Indonesia
Linear growth retardation (stunting) is still prevalent in developing countries. On the other hand, the prevalence of overweight and obesity also increases. The result of the situation is double burden of child nutrition status, both stunted and obese/overweight at time same. The objective of the study is to assess the prevalence of children under two years of age who are stunted and overweight at the same time and its associated factors in Indonesia. The study used secondary data from the National Basic Health Research in 2010. The samples were 2116 under two year of age from all provinces in Indonesia. Anthropometry indices were generated using 2005 WHO standards for children. A child that categorized as stunted and overweight were those with a length-for-age z-score <-2 SD and a weight-for-length z-score >2SD from the median of the reference standard adjusted for the relevant sex and age group. Logistic regression and sample weighting factors were performed for the data analysis. The result wasthe prevalence of stunting with concurrent overweight 19.8 percent. Factors that significantly associated with stunting overweight were fat intake and maternal education. Low fat intake was associated with stunting and overweight (OR 0.52, 95% CI 0.29-0.94). Mother with no schooling is also associated with stunting and overweight of their children (OR 3.24, 95% CI 1.35-7.78). This analysis emphasizes that there had been double burden of child nutrition among children in Indonesia.
However, eventhough low fat intake was one of the factors associated with stunting and overweight among under two children, restriction of fat intake in first year of life is not recommended.
Keywords: stunting overweight, factors, under two years old children, Indonesia
ABSTRAK
Gangguan pertumbuhan linear (pendek) masih lazim di negara-negara berkembang. Namun, transisi gizi telah membuat prevalensi gemuk dan obesitas juga meningkat. Ini membawa efek pada masalah gizi ganda pada anak-anak. Mereka menjadi pendek dan obes/kelebihan berat badan (pendek-gemuk) pada saat yang bersamaan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prevalensi anak di bawah dua tahun yang pendek dan gemuk pada waktu yang bersamaan dan faktor-faktor yang terkait di Indonesia. Data Riset Kesehatan Dasar tahun 2010 sebagai bahan pengolahan dan analisis, dengan sampel 2116 anak dibawah usia dua tahun dari seluruh provinsi di Indonesia. Perhitungan z-skor dilakukan menggunakan acuan standar WHO 2005. Anak yang pendek-gemuk memiliki panjang badan menurut umur (TB/U) <-2 SD dan nilai z-skor berat badan menurut panjang badan >2 SD dari median populasi acuan untuk jenis kelamin dan umur yang relevan. Uji statistik menggunakan uji regresi logistik dan faktor pembobotan sampel. Hasil analisis menunjukkan prevalensi anak di bawah dua tahun yang pendek dan gemuk sebesar 19,8 persen. Faktor yang berhubungan secara signifikan adalah asupan lemak dan pendidikan ibu. Asupan lemak yang rendah berhubungan dengan terjadinya pendek dan gemuk (OR 0,52, 95% CI 0,29-0,94). Ibu yang tidak bersekolah juga berhubungan dengan terjadinya pendek dan gemuk pada anak (OR 3,24, 95% CI 1,35-7,78). Analisis ini menekankan bahwa telah terjadi masalah gizi ganda pada anak berusia di bawah dua tahun (baduta) di Indonesia. Walaupun asupan lemak berhubungan dengan terjadinya pendek dan gemuk pada baduta, namun berdasarkan beberapa literatur pembatasan konsumsi lemak pada tahun pertama kehidupan tidaklah dianjurkan.[Penel Gizi Makan 2014, 37(1): 1-10]
Kata kunci: pendek-gemuk, anak berusia di bawah dua tahun, Indonesia
Article Details
How to Cite
Utami, N. H., Putri, D. S. K., & Rosa, B. C. (2015). KEJADIAN PENDEK-GEMUK PADA ANAK BERUSIA BAWAH DUA TAHUN BERHUBUNGAN DENGAN KONSUMSI LEMAK DAN PENDIDIKAN IBU. Penelitian Gizi Dan Makanan (The Journal of Nutrition and Food Research), 37(1), 1–10. https://doi.org/10.22435/pgm.v37i1.4003.1-10
Issue
Section
Articles