FAKTOR-FAKTOR PEMBEDA PROVINSI YANG MENGALAMI BEBAN GIZI GANDA (BGG) PADA ANAK BALITA DI INDONESIA
Article Sidebar
Download : 72
Main Article Content
Abstract
ABSTRACT
Double burden malnutrition (DBM) is a phenomenon in some developing countries, including Indonesia. In the last decades, data from several countries showed an increased in the prevalence of severe malnutrition as well as over nutrition. Several factors are assumed to be associated potentially with DBM in provinces. The objective of this analysis was to determine 13 variables related to food consumption, education, socio-economic status that can predict which provinces experienced BGG in Indonesia. The data used for the analysis were secondary data from National Institute of Health Research and Development (NIHRD) and Central Bureau of Statistics (CBS). Samples of this study were 33 provinces in Indonesia where Riskesdas 2010 conducted. Dependent variables were provinces experienced DBM and non-DBM. Those data were analyzed using
discriminant analysis. The result showed that 7 of 33 provinces (21,2%) in Indonesia experienced DBM. Bivariate analysis found that dependency ratio (dependency rate) and total fertility rate (TFR) were associated
significantly (p=0,027 and p=0,02) to province with DBM. However, among some variables that had been analyzed, multivariate analysis showed only dependency ratio significantly associated with DBM which contribute 14.9 percent to DBM. The study concluded that dependency ratio was a good predictor of province in Indonesia experiencing DBM. Alternative policy in dealing with province experiencing DBM is decreasing dependency ratio by improving the four pillars of nutrition policy, which are sustainable food security, food safety, healthy lifestyles, and proper nutrition.
Keywords: double burden malnutrition, underfive children
ABSTRAK
Beban gizi ganda (BGG) adalah fenomena yang terjadi di beberapa negara berkembang, termasuk Indonesia. Data dari beberapa negara menunjukkan adanya peningkatan prevalensi gizi buruk serta gizi lebih secara bersamaan. Hal tersebut diasumsikan terkait beberapa variabel, yang diduga berpengaruh. Tujuan analisis ini adalah untuk menentukan 13 variabel yaitu konsumsi makanan, pendidikan, dan status sosial ekonomi yang dapat memprediksi provinsi mengalami BGG di Indonesia. Data yang dianalisis adalah data sekunder dari Badan Litbang Kesehatan dan Badan Pusat Statistik. Sampel penelitian adalah 33 provinsi di Indonesia yang masuk dalam Riskesdas 2010. Variabel dependen adalah provinsi mengalami beban gizi ganda dan tidak mengalami beban gizi ganda. Data dianalisis dengan menggunakan analisis diskriminan. Hasil analisis menunjukkan bahwa 7 dari 33 provinsi di Indonesia (21,2%) mengalami beban gizi ganda. Hasil analisis bivariat menujukkan rasio ketergantungan (dependency ratio) dan tingkat kelahiran total (TFR) dapat menjadi faktor pembeda secara signifikan (p = 0,03 dan p = 0,02) provinsi mengalami beban gizi ganda atau tidak mengalami beban gizi ganda. Analisis multivariat menunjukkan bahwa hanya rasio ketergantungan yang dapat membedakan secara signifikan provinsi mengalami beban gizi ganda atau tidak mengalami beban gizi ganda,
dengan kontribusi sebagai pembeda sebesar 14,9 persen. Kesimpulan analisis ini adalah sebesar 21,2 persen provinsi di Indonesia mengalami BGG dan rasio ketergantungan adalah prediktor yang baik untuk BGG.
Kebijakan alternatif untuk provinsi yang mengalami BGG adalah menurunkan rasio ketergantungan dengan meningkatkan empat pilar kebijakan gizi, yaitu keamanan yang berkelanjutan pangan, keamanan pangan, gaya hidup sehat, dan gizi. [Penel Gizi Makan 2015, 38(1): 11-20]
Kata kunci: beban ganda, malnutrisi, balita