PENGEMBANGAN PRODUK SNACK BAR TINGGI BCAA [Branched-chain Amino Acids] BERBAHAN TEPUNG KAPRI [Pisum sativum], KECIPIR [Psophocarpus tetragonolbus] DAN KEDELAI [Glycine max] SEBAGAI MAKANAN ALTERNATIF UNTUK DAYA TAHAN ATLET
Article Sidebar
Download : 765
Main Article Content
Abstract
ABSTRACT
Sufficiency of essential amino acid protein, BCAA (Branched-chain Amino Acids), may modulate muscle fatigue among endurance athletes. Indonesia poses an abundance of local food that can be developed as a good yet low-cost BCAA-food sources such as peace, winged beans, and soybeans. This study aimed to develop BCAA-snack bar food and describe its’s nutritional and sensory properties. This experimental study compared a ratio of Capri, winged, and soy flour, respectively into Formula 1 (F1) (25:25:25), F2 (25:10:40), F3 (10:40:25), and F4 (40:25:10). Sensory analysis was carried out by 25 trained panelists using the Visual Analog Scale (VAS) while nutritional analysis (proximate analysis and Branched-chain Amino Acid (BCAA)) was performed in an accredited laboratory. One Way ANOVA and Bonferroni post hoc was used to find a difference between formulas. Formula 4 had the highest acceptance and contained, in percent, 18.57 protein, 40.09 carbohydrates, 9.81 fat, 1.67 ash, 23.3 moisture, and 4.06 crude fibers. The F4 also contained, in percent, 1.54 leucine, 0.88 isoleucine, 0,95 valine. There was a significant difference for each proximate and BCAA content across formulas while only aroma parameter that did not differ for both hedonic and hedonic quality aspects between formulas
ABSTRAK
Kecukupan protein asam amino esensial, BCAA (Branched-chain Amino Acids), dapat memodulasi kelelahan otot pada atlet endurance. Indonesia memiliki pangan lokal yang berlimpah dan dapat dikembangkan sebagai sumber pangan BCAA yang baik namun berbiaya rendah seperti kacang polong, kecipir, dan kedelai. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan makanan snack bar yang mengandung BCAA dan menyajikan komposisi gizi dan sifat sensorisnya. Studi eksperimental ini membandingkan rasio tepung kapri, kecipir, dan kedelai masing-masing menjadi Formula 1 (F1) (25:25:25), F2 (25:10:40), F3 (10:40:25), dan F4. (40:25:10). Analisis sensorik dilakukan oleh 25 panelis terlatih menggunakan Visual Analog Scale (VAS) sedangkan analisis gizi (analisis proksimat dan Branched-chain Amino Acid (BCAA)) dilakukan di laboratorium terakreditasi. One Way Anova dan Bonferroni Post Hoc digunakan untuk mencari perbedaan antar formula. Formula 4 memiliki preferensi tertinggi dan mengandung, dalam persen, 18,57 protein, 40,09 karbohidrat, 9,81 lemak, 1,67 abu, 23,3 air, dan 4,06 serat kasar. F4 juga mengandung, dalam persen, 1,54 leusin, 0,88 isoleusin, dan 0,95 valin. Ada perbedaan bermakna untuk semua nilai proksimat dan BCAA antar formula sebaliknya hanya parameter aroma yang tidak bermakna baik untuk aspek hedonik dan mutu hedonik antara semua formula. [Penel Gizi Makan 2021, 44(1):21-30]